Tertawa di Dunia, Menangis di Akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
”Banyak tertawa dan terbahak-bahak itu mematikan hati.”
Oh Allah, betapa seringnya diri ini terlalu banyak tertawa sampai terbahak-bahak, terlalu asyik menonton lawakan ditelevisi, menjadi budaknya tawa, sampai lupa – benar-benar lupa – untuk mengkoreksi hati yang sudah hitam dan kemudian mati.
Sungguh benarlah yang disabdakan oleh Rasulullah diatas, ketika seseorang yang hatinya sudah mati, ilmu dan hidayah sangat sulit untuk masuk ke relung hatinya walau sebiji zarrah pun. Sudah banyak contoh disekitar kita, yang “bebal” kalau dinasehati tentang kebenaran, tetap saja membangkang padahal sudah sangat jelas kebenarannya dipelupuk matanya. Sudah banyak juga contoh remaja yang “bebal” dinasehati oleh orang tuanya, tetap saja tidak menurut bahkan mencaci dan tak sedikit pula yang memukul orang tuanya. Na’udzubillah.
Hati yang Mati
Hati adalah tempat muaranya bermacam-macam perasaan, tumbuh kembang antara kebenaran dan kebathilan. Hati juga menjadi tempat sumber hidayah dan ilham, tempat lahirnya kecintaan dan kebencian terhadap sesuatu, dan tak kalah pentingnya hati tempat bersemayamnya keimanan juga kekufuran.
Hati yang mati awalnya hanyak hati yang ternoda satu titik, kemudian satu titik, kemudian satu titik lagi, terus-menerus hingga tertutupi keseluruhannya. Hati yang mati otomatis juga mematikan semua komponen-komponennya, Abu Hurairah RA berkata, “Hati ibarat panglima, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika panglima itu baik maka akan baik pulalah tentaranya. Jika raja itu buruk maka akan buruk pula tentaranya.” Baca lebih lanjut →