Tangisan yang dibolehkan dan tidak (Bagian 2)

ini lanjutan artikel sebelumnya Tangisan yang dibolehkan dan tidak (Bagian 1)

 

Tangisan yang dibolehkan dan tidak (Bagian 2)

3.  Tangisan wujud dari rasa syukur

Seorang muslim itu seharusnya ketika diberi nikmat ia bersyukur dan ketika diberi musibah ia bersabar.

Seorang yang bertaqwa dan beriman akan senantiasa selalu bersyukur atas apa saja nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya, tak dilihatnya bentuk apakah nikmat itu, bukan, bukan itu yang dilihatnya, yang dilihatnya adalah kasih sayang-Nya Allah kepadanya, tak henti-henti Allah memberikan nikmat kepadanya. Seorang tersebut tidak pernah mengeluh sedikitpun akan kondisi yang ada padanya, walau ia secara zahir terlihat begitu kekurangan, namun tak tampak cemberut akan nasib yang tergores diwajahnya. Ia senantiasa ridha dan ta’at atas apa yang telah ia dapatkan dari Tuhan-Nya. Oleh karena itu, sering kita lihat, orang-orang seperti ini menangis ketika mendapatkan nikmat.

Tak terlalu susah untuk menemukan orang-orang seperti itu, carilah oleh kita seorang yang sedang tertimpa musibah, sedang kekurangan, atau baru saja kehilangan namun ibadahnya tak terkikis akan musibah, kekurangan, dan kehilangan tersebut. Datanglah ke rumah orang tersebut, berilah bantuan semaksimal yang bisa anda berikan, dan rasakanlah getaran itu, getaran yang membawa anda pada harumnya kesyukuran.

Perihal syukur Syeikh Al Junaid pernah berkata, “saya bermain di depan Syeikh Sarry As-Saqathi ketika aku berumur  tujuh tahun. Di hadapannya terdapat sekelompok orang yang sedang membicarakan syukur. Dia mengatakan kepadaku, “Wahai anak kecil, apa itu syukur ?” Saya menjawab, ‘Tidak mempergunakan nikmat untuk bermaksiyat kepada Allah SWT’. Beliau mengatakan, “Lisanmu hampir saja mendapatkan bagian dari Allah SWT”. Kemudian Al-Junaid berkata, ‘saya selalu menangis apabila mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Sariy’”.

 

4. Tangisan yang khusyuk beribadah

Ketika seseorang disepertiga malam terakhir, ia bangun, lalu kemudian melangkahkan kakinya dengan segera ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu sholat dan berdzikir dengan khusyuknya, ingat ia akan dosa yang begitu banyak telah dilakukannya, tak terasa ada bulir-bulir air yang jatuh dari pelupuk matanya, membasahi pipinya, menetes-netes membasahi sajadahnya, ia begitu khusyuk, hening, tak ada kebisingan yang menganggu ibadahnya malam itu. Ia meminta ampun kepada Allah, air matanya kembali jatuh, membasahi pipi dan sajadahnya, ia menghinakan dirinya dihadapan Rabbnya, sepanjang malam itu hanya ada penyesalan, harap, do’a, dan tangis.

Tangisan ini adalah tangisan yang sangat indah dari seorang hamba, dan ada janji Allah bagi orang yang menangis dalam kekhusyu’annya beribadah. Rasulullah SAW bersabda bahwa “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)

 

Wallahu’alam

 

Bogor, 28 Mei 2014

Aldo Wilman

@aldowilman

 

Tinggalkan komentar