Tangisan yang Dibolehkan dan Tidak (1)

Tangisan yang dibolehkan dan tidak (Bagian 1)


Secara umum tangisan bisa kita bagi menjadi dua, yakni; tangisan yang dibolehkan dan tidak dibolehkan. Jadi, menangis pun harus tepat alasannya, tidak boleh sembarang menangisi sesuatu.

Tangisan yang tidak dibolehkan adalah tangisan yang meraung-raung seperti dunia ini akan berhenti saja sehingga harus ditangisi, tangisan yang menjerit-jerit tak jelas, meracau tak jelas macam orang gila saja, dan tangisan yang melolong sekuat hati akibat penderitaan yang dinilainya begitu dahsyat. Tangisan seperti itu sangat dilarang oleh Allah, menangisi penderitaan adalah wujud putus asa dalam menerima takdir Allah, padahal cirri orang beriman adalah percaya kepada takdir yang diberikan oleh Allah kepadanya. Menangisi kehilangan pun sama, Allah pun melarangnya, begitu banyak dari manusia yang menangisi kehilangan orang yang dikasihinya, padahal Allah adalah pemilik semua manusia didunia ini termasuk orang yang dikasihinya itu, ketika Allah meminta untuk ia kembali, maka ia akan kembali kepada Allah sesuai kehendak-Nya, tak ada yang dapat menahannya dan menundanya.

“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.” (Al-Baqarah:156)

Tangisan yang diperbolehkan adalah tangisan yang terjadi ketika alasan tangisan tersebut karena cinta dan takutnya kita kepada Allah. Kekasih kita –Rasulullah- pun sangat sering menangis didalam sholat dan do’anya, Ia pula menangisi kesengsaraan dan kesusahan yang akan dihadapi oleh Ummat sepeninggal dirinya.

Marilah kita lihat satu-satu uraian beberapa diantara tangisan yang diperbolehkan:

  1. Tangisan ketika memohon ampun kepada Allah

Allah begitu baik, sebanyak apapun dosa yang kita lakukan, tetap saja Allah membuka pintu maaf-Nya. Ya Allah, Engkau sungguh sang Maha Pengampun dosa-dosa kami.

Berterima kasih dan bersyukurlah kita kepada Allah, ketika kita masih diingatkan oleh-Nya, diingatkan bahwasanya perbuatan yang kita lakukan itu salah, sungguh itu tanda bahwa Allah sangat sayang kepada kita. Karena ada banyak juga manusia yang tidak dipedulikan lagi oleh Allah, Allah membiarkan mereka tenggelam dalam kesesatan dan lubang hitam yang penuh fatamorgana dunia.

Dalam setiap sholat, kita selalu berdo’a kepada Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 6-7, agar kita senantiasa ditunjuki jalan yang lurus, bukan jalan yang dimurkai dan sesat.

Tangisan ketika memohon ampun adalah terjadi karena adanya penyesalan yang teramat sangat terhadap perbuatan dosa yang dilakukan dan sadar bahwa itu salah, menyesali dengan sesesalnya dengan tekad tidak akan melakukan perbuatan itu kembali. Sehingga penyesalan itu akan timbul rasa sedih yang mendalam dan akhirnya akan menitikkan air mata dan jatuh tersungkur dihadapan-Nya. Air mata itu adalah wujud sadar seorang hamba dan takutnya ia kepada Rabb-Nya. Ia tahu bahwa Rabbnya sajalah tempat ia meminta pertolongan dan meminta ampunan. Keadaan ini akan mewujudkan sebuah sikap yaitu Taubat. Ciri orang yang taubatnya diterima oleh Allah menurut Al Iman Al Ghazali dalam kitabnya Muqasysyafatul Qulub yaitu:

  • Orangnya kelihatan lebih bersih dan lebih suci dari perbuatan maksiat dan lebih bisa menahan diri
  • Harinya selalu lapang dan gembira dalam keadaan sendiri ataupun ramai, hatinya sudah dihibur oleh Allah sehingga menjadi jernih dan lapang
  • Ia selalu bergaul dengan orang baik dan mencari lingkungan yang baik pula
  • Kualitas amalnya menjadi meningkat
  • Senantiasa menjaga lidahnya

Ada syair yang begitu akrab ditelinga kita;

Oh Tuhan, aku bukanlah ahli surga

Juga tak mampu menahan siksa neraka

Kabulkan taubat ampuni dosa-dosaku

Hanyalah Engkau pengampun dosa hamba-Mu

Dosa-dosaku tak terhitung bagai debu

Ya Illahi terimalah amal taubatku

Sisa umurku berkurang setiap hari

Dosa-dosaku makin bertambah Yaa Illahi

Hamba yang berdosa datang bersimpuh Menyembah-Mu

Mengaku menyeru dan memohon ampunan-Mu

Selagi pintu taubat masih terbuka lebar untuk kita, mari kita sesali perbuatan dosa tersebut dan bertekad keras untuk tidak mengulanginya kembali.

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).

 

  1. Tangisan ketika iman meningkat karena ayat-ayat-Nya

Ya Allah, betapa indahnya iman yang bersemayam dihati ini, ketika dibacakan ayat-ayat-Mu, hati ini bergetar, mata ini basah, rindu ini semakin kuat, takut ini semakin memuncak, cinta ini bermekaran.

Sungguh indah, ketika seseorang dapat menangis ketika diingatkan oleh Allah melalui Al-Qur’an, ia membacanya dengan penuh penghayatan.

Sungguh heran, banyak dari kita (mungkin saya sendiri) yang menangis mengiris hati ketika mendengarkan lagu-lagu yang mellow, diresap-resapi betul lirik lagunya satu persatu-satu, terbuai pula dengan nada-nadanya yang indah. Begitu terbaliknya dengan ketika membaca dan mentadaburi Al-Qur’an, inginnya cepat selesai, tidak diperhatikan betul-betul ayat per ayat. Memang, siapa yang lebih menjamin hidup kita di dunia dan di akhirat kelak, sang composer lagu tersebut atau Allah Sang Penguasa alam semesta?

Mereka itu adalah orang-rang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabo dan keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Ismail, dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tersungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)

Untuk memahami isi Al-Qur’an memang tidak mudah, tapi bukannya tidak bisa. Mungkin untuk pertama-tama yang harus kita lakukan adalah memperbanyak interaksi kita kepada Al-Qur’an, mendekatkannya dengan diri kita, dimanapun kita berada coba untuk membacanya, di tempat umum juga tak masalah. Masalah utama umat muslim saat ini adalah jauhnya dari Al-Qur’an, malu untuk menenteng kemana-mana, menaruhnya disaku, terlebih membacanya didepan umum. Terlihat ada trauma persepsi, takut dipersepsikan sebagai “sok alim”, “pak haji”, dan persepsi-persepsi yang lain. Marilah kita hilangkan trauma tersebut, banggalah menjadi seorang muslim, tak mengapa dibilang “sok alim” dari pada dibilang “tukang mabok”, tak mengapa dibilang “pak haji”, yah..anggap saja itu do’a mereka kepada kita agar kita disegerakan oleh Allah untuk naik haji.

Setelah kita “nyaman” berinteraksi dengan Al-Qur’an, marilah saatnya mengenalnya lebih jauh, tadaburi isinya, pahami isinya. Kita butuh guru agar tak melenceng memahami “teman baru” kita ini, agar tak melenceng dalam menafsirkannya. Cari guru, cari majelis tafsir, cari majelis ilmu, cari dan cari.

Kemudian, marilah kita amalkan satu per satu amalan yang kita dapatkan dalam Al-Qur’an, hiduplah bersamanya, gandenglah tangannya, jangan lepaskan, jangan jauh dari dirinya, jadikan ia kekasih insy Allah hidup akan selamat di dunia dan di Akhirat, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah:

“Aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya sepeninggalku, yaitu Al-Qur’an dan Al Hadist”.

 

Bersambung ke bagian 2, esok hari..:)

 

Bogor, 27 Mei 2014

Aldo Wilman

@aldowilman

Satu respons untuk “Tangisan yang Dibolehkan dan Tidak (1)

Tinggalkan komentar